Minggu, 27 Januari 2008

Wafatnya Pak Harto seorang Jendral Bintang 5



oleh : Iwan

Pada hari Minggu 27 Januari 2008 pukul 13.10 wib, Bapak pembangunan Indonesia dan seorang Jendral Bintang lima setelah Jendral Soedirman dan Jendral AH Nasution telah meninggal akibat komplikasi penyakit. Dimata saya, Pak Harto adalah sosok pemimpin Indonesia yang cukup disegani terlepas dari berbagai kesalahan yang ditimpakan ke beliau.

Sejak tahun 1980-1990, adalah masa keemasan ekonomi Indonesia. Dari sumber yang saya peroleh bahwa pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen tiap tahunnya. Disaat kepemimpinan beliau pula Bangsa Indonesia cukup disegani. Konsep pembangunan, P4, Klompencapir, posyandu, KB, dan pembangunan waduk merupakan sebuah produk jaman Pak Harto yang saya tahu. Saya secara pribadi memandang itu semua sebagai hal positif, terserah orang lain menilai bahwa hal itu mengandung nilai negatif. Hal negatif yang menimpa beliau adalah akibat para oportunis yang berada disekitar Pak Harto, seharusnya mereka juga turut bertanggung jawab bukan malah bersikap habis manis sepah dibuang. Seorang anak buah yang baik adalah mereka yang mampu mengawal pemimpinya dan turut bertanggung jawab pula apabila terjadi kesalahan dalam kebijakan yang diambil. Karena seorang pemimpin yang baik dimata saya lahir dari seorang anak buah yang baik. Nyatanya sekarang ini para oportunis itu tidak mampu membawa bangsa kita disegani di dunia, justeru yang saya rasakan pamor bangsa turun dimata dunia. Semoga para aktivis mahasiswa, saya harapkan tidak menjadi seorang yang pandai berorasi saja namun juga harus mampu berpikir luas dan memiliki komitmen dengan yang diucapkannya. Janganlah hanya pandai menghujat tanpa paham betul situasi dan keadaan yang terjadi.

Bersama ini saya secara tulus mengucapkan Selamat Jalan Bapak Suharto-Bapak Pembangunan Indonesia, semoga arwahmu diterima di sisi Allah SWT, amiin.

Semoga kelak bangsa kita memiliki pemimpin sekelas Bung Karno dan Pak Harto.

Jumat, 25 Januari 2008

Apa itu nanogenerator 1

Oleh : Iwan Sugihartono


Tulisan ini dibuat sebagai warming up penulis untuk berpartisipsi menulis buku ilmiah “ZnO nanostructure and their application” di bawah pimpinan Prof. Sun Xiaowei dari School of EEE, NTU, Singapur. Di dalam buku tersebut saya akan memberikan sebuah review tentang bagaimana sebuah devais yang dibangun dari struktur nano atau di kalangan ilmuwan nano dikenal sebagai nanogenerator.

Pertama kali ketika saya mendapat tugas tersebut, tepatnya kemarin sore hari Kamis 24 Januari, saya merasa kaget ketika menerima sebuah email dari Prof untuk turut tergabung dalam penulisan buku. Bagi saya, itu sebuah kebanggaan tersendiri. Memang jika saya berkaca pada kegiatan saya sekarang ini, saya sungguh sibuk dengan urusan kuliah s3 yang masih dijejali dengan pekerjaan rumah, tugas, dan kuis. Selain itu juga saya masih disibukan lagi dengan urusan membuat poster untuk oral presentasi di Inst. Material Research and Engineering (IMRE), Singapur yang akan dilaksanakan pada tanggal 27-28 Februari 2008. Belum lagi melakukan experiment untuk mengejar publikasi di jurnal ilmiah. Namun saya berpikir sangat positif, bahwa dengan kesibukan yang menuntut otak kita aktif justeru kita akan lebih mudah melihat indahnya bagian dari alam semesta dan mampu membuat kita menjadi semakin dewasa dalam mengatur waktu serta membuat kita semakin sadar betapa waktu itu sangat berguna. Dari obrolan empat mata antara saya dan Prof, saya menyimpulkan bahwa beliau mendidik kita sebagai mahasiswa doctor dan postdoct untuk tidak sekedar menjadi seorang saintis di laboratorium, namun juga secara explicit saya menilai beliau mendidik kita untuk menjadi seorang saintis dan manager yang berwawasan serta cermat dalam membuat rencana di masa datang.

Di bawah ini saya akan menyajikan sebuah pengenalan tentang nanogenerator.

Sumber energy listrik dari struktur nano

Seiring dengan perkembangan teknologi nano, kini beberapa grup riset yang concern mengembangkan teknologi nano sudah mampu membuat sebuah devais dari struktur nano untuk menghasilkan arus listrik, medan electromagnetic, bahkan mampu mengeluarkan radiasi dalam orde subatomic. Devais yang berdasarkan pada struktur nano disebut sebagai nanogenerator. Mengesankan, itulah pertama kali expresi penulis ketika membaca tentang berita perkembangan teknologi nano.

Research tentang nanogenerator baru dilakukan oleh beberapa grup riset yang berkecimpung di dunia nano. Salah satunya adalah grup riset dari Georgia Institute of Technology, mereka sedang mengembangkan sebuah prototip nanogenerator yang menggunakan struktur nanowire untuk menghasilkan listrik ketika wire dalam ukuran nano tersebut bergetar. Nanowire pada prototype tersebut terbuat dari bahan ZnO (zinc oksida), arus yang timbul dari nanowire tersebut adalah sebagai efek dari piezoelectric. Fenomena tersebut cukup mirip dengan Kristal quartz yang menghasilkan arus listrik lemah ketika mendapatkan stress mekanik. Desain dari nanogenerator tersebut hingga saat ini masih menjadi objek riset dan masih berada dalam tahap pengembangan. Para ilmuwan dan insinyur memprediksikan bahwa nanogenarator akan diperkenalkan ke public kira-kira pada tahun 2010-2011.

Hingga saat ini mayoritas dari perangkat elektronik yang portable (contoh : jam tangan, etc), energinya masih sangat tergantung pada baterai. Saat ini para ilmuwan sedang mengembangkan dan sebagian telah mendemonstrasikan bagaimana sebuah perangkat elektronik yang sangat mudah dan praktis dalam suplai energinya. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan metode pengembangkan teknologi nanowire dari bahan murah (ZnO) yang dapat memproduksi energy mekanik yang cukup untuk dikonversikan menjadi energy listrik.

Gambar 1. Loncatan listrik dari struktur nanowire yang berhasil discan
(Courtesy dari Zhong Lin Wang, Georgia Tech.)

Bagaimana listrik dihasilkan? (to be continued)

Senin, 21 Januari 2008

Nanoteknologi ;-)

Perkembangan Teknologi 1/1.000.000.000 m

Oleh : Iwan

Pada tahun 1959 tepatnya pada tanggal 29 Desember, seorang Fisikawan dan peraih nobel dalam bidang teori quantum elektrodinamik memberikan sebuah kuliah ilmiah dalam rangka pertemuan komunitas Fisika Amerika (American Physical Society) di California Institute of Technology. Dalam kuliahnya tersebut Richard P. Feynman mengekspresikan sebuah ide tentang bagaimana memanipulasi dan mengontrol sebuah objek dalam skala kecil. Ketika itu ide Feynman tersebut dianggap sebagai guyonan komunitas Fisikawan dalam eranya. Namun ide Feynman menjadi bahan pemikiran serius ketika pada tahun 1985 salah seorang mahasiswa program doctoral di Stanford, Tom Newman menggunakan electron beam sebagai pin untuk menulis sebuah kalimat pada halaman pertama “A Tale of Two Cities “ buku karangan Charles Dickens dengan ukuran 1/25000 dari ukuran pin yang biasa digunakan.

Melihat perkembangan teknologi yang berkembang saat ini, tidak dipungkiri lagi bahwa prediksi Feynman memang menakjubkan. Teknologi saat ini berada dalam orde teknologi nano atau teknologi yang berdasarkan pada ukuran 1/1.000.000.000 m. Mengapa teknologi nano sangat penting? Secara kimiawi, atom dan molekul berada dalam orde nano dan secara ilmu Fisika atom-atom tersebut terikat secara kuat. Dengan melihat atau menginvestigasi sebuah materi ke dalam orde nano maka kita akan dapat merekayasa dan mengontrol sebuah materi menjadi suatu bahan atau mesin dalam ukuran sangat kecil. Bahkan dimungkinkan pula dengan perkembangan teknologi nano akan tercipta sebuah mesin cerdas berdimensi molekuler yang dapat bermanfaat dalam berbagai bidang seperti biologi, kimia, mikroelektronik, optik, dan sebagainya.

Sebagai contoh di sini kita tinjau perkembangan teknologi elektronika, perkembangan industri elektronik dimulai ketika ditemukannya transistor oleh Bardeen, Brattain, dan Shockley pada tahun 1947 dan ditemukannya model integrated circuit atau biasa dikenal IC pertama kali oleh Jack Kilby pada tahun 1959. Kini seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi elektronik yang berdasarkan pada teknologi semikonduktor, peranan teknologi nano kian menjadi primadona para saintis maupun insinyur untuk mengembangkan piranti elektronik yang super cepat. Perkembangan teknologi elektronik yang terkait pula dengan majunya teknologi nano dapat mengacu kepada hukum Moore yang menyatakan bahwa jumlah transistor pada suatu chip (IC) akan menjadi dua kali lipat dalam waktu 18-24 bulan. Perkembangan teknologi tersebut telah mampu menghasilkan sebuah komputer yang memiliki performance tinggi. Berbicara tentang teknologi komputer, kita selalu mengacu pada seberapa cepat kemampuan sebuah procesor. Procesor adalah sebuah piranti elektronik yang tersusun dari transistor di dalam sebuah sirkuit terintegrasi (IC). Berdasarkan data dari Intel.co, pada awal tahun 1980an kita mengenal komputer prosesor 286, komputer tersebut memiliki jumlah transistor kurang lebih 100.000 buah. Pada pertengahan tahun 1990an kita mengenal intel pentium II yang memiliki jumlah transistor 10 juta buah, pada tahun 2000an awal pentium IV lahir dengan jumlah transistor kurang lebih 100 juta buah,dan kini perkembangan prosesor komputer sudah dalam era dual core itanium yang menggunakan 2 buah prosesor dengan jumlah transistor kurang lebih 1 milyar buah. Semakin kecil dan semakin banyak jumlah transistor dalam chip menunjukan semakin tinggi pula kecepatan chip tersebut. Misal, dulu sebelum mengenal era pentium 4 prosesor komputer berada dalam orde Megahertz (106) dan setelah era pentium 4 prosesor sebuah komputer sudah mencapai orde Gigahertz (109 Hertz).

Sebuah pertanyaan muncul terkait dengan ukuran nano, mengapa sesuatu yang kecil itu cepat? Cepat disini mengacu pada waktu transit elektron di sebuah gerbang (gate) dalam transistor, misal untuk transistor berbasiskan Silicon panjang gate-nya kurang lebih 10 nm sedangkan untuk transistor berbasiskan carbon nanotube (CNT) panjang gate-nya mencapai kurang lebih 1 nm. Konsekuensi yang diperoleh dari semakin kecilnya gate sebuah transistor adalah jarak antara sumber (source) dan penguras (drain) semakin dekat maka waktu transit akan semakin cepat pula sehingga hal tersebut mempercepat kinerja dari komputer.

Teknologi nano selain berperanan besar dalam industri elektronik juga sangat bermanfaat dalam perkembangan teknologi lainnya. Diantara manfaat dari teknologi nano adalah untuk meningkatkan kualitas sel surya dengan menggunakan carbon nanotube, membuat nanobiosensor untuk mengontrol kadar gula dalam darah, membangun chip dari bahan organic (molekuler), fabrikasi DNA, RNA untuk rekayasa genetika, dll.

Dari paparan yang dijelaskan di atas menunjukan betapa teknologi nano sekarang ini sedang menjadi objek yang hangat di kalangan dunia riset. Untuk itu dalam mengembangkan teknologi nano yang aktual diperlukan adanya sebuah integritas yang saling menunjang antara pihak institusi riset, perguruan tinggi, dan industri. Hal tersebut dikarenakan pesatnya perkembangan teknologi dunia yang sudah tidak terbendung lagi, maka diperlukan kekuatan besar dalam artian kemauan yang tinggi dari pihak pemerintah, institusi pendidikan dan riset, dan pihak swasta. Pihak pemerintah berwenang dalam mengarahkan pola riset yang akan menjadi tujuan utama disesuaikan dengan potensi yang dimiliki bangsa kita dan menyiapkan sumber pendanaan bersama swasta. Pihak institusi pendidikan dan riset, baik perguruan tinggi dan institusi riset bersama-sama mengembangkan dan menjadi pemain yang berperan langsung dalam riset dan sosialisasi teknologi yang dikembangkan. Pihak swasta berperan dalam menyediakan fasilitas atau mengarahkan teknologi yang sudah dan akan berkembang karena pihak swasta/perusahaanlah yang langsung bermain dalam memanfaatkan teknologi tersebut.

Dalam tulisan ini saya berharap bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi nano disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Mengingat trend riset dunia saat ini sudah mengacu pada teknologi berorde nano. Bila kita hanya melakukan riset nano sekedar wacana tanpa arah dan kebijakan yang jelas, saya yakin selamanya bangsa Indonesia akan menjadi bangsa penonton dan pengguna teknologi saja.

Sabtu, 19 Januari 2008

Bagaimana kita harus BERGERAK?

Pendahuluan (oleh Iwan)

Membaca tentang konsep bergerak yang dijelaskan oleh Bapak Renald Khasali, saya menghayati dan memahami bahwa konsep yang beliau jabarkan adalah hal realistis yang harus dilakukan segera dengan pertimbangan, analisis, perhitungan dan dengan penuh rasa percaya diri dilandasi oleh pikiran positif jauh ke depan. Ingat constraint gerak adalah jarak dan waktu, jika kita melihat dari kasus sempit saja maka kita akan terperosok ke dalam keadaan gerak semu. Gerak semu disini saya gambarkan sebagai gerakan tikus yang berlari kencang didalam roda berputar ditempat. Terlihat dia berlari kencang dan bergerak tapi hakikatnya tidak kemana-mana hanya berada disatu tempat. Hal itu disebabkan si tikus tidak berpikir bagaimana caranya membuat roda tidak hanya bergerak rotasi di tempat. Tapi harus pula dipikirkan bagaimana caranya membuat si roda bergerak baik rotasi dan translasi. Jika kita tersesat pada pemahaman gerak seperti halnya tikus di dalam roda tadi maka kita secara tidak langsung belum memaknai definisi gerak yang esensi. Saya memandang bahwa gerak harus dimaknai terjadinya perubahan posisi dan waktu, maka untuk memulainya diperlukan sebuah gaya. Nah dalam kehidupan, gaya diinterpretasikan akan muncul dari pemahaman diri dan kemauan keras dari diri sendiri atau komunitas, sehingga terekspresi menjadi sebuah kekuatan (dilandasi rasa percaya diri dan optimisme) yang mampu untuk memulai gerakan. Dalam konsep agama secara jelas kita kenal Hijrah, itulah seyogyanya yang perlu dipahami lebih dalam oleh kita. Hijrah disini dari sudut pandang saya berkorelasi luas tidak hanya merujuk pada konsep perubahan secara sempit tapi sangat luas. Maksudnya bukan dimaknai sebagai perubahan tempat saja, namun perubahan cara berpikir, bersikap, dan lain2 yang bermanfaat untuk meningkatkan attitude dan behavior diri dan lingkungan kita. Janganlah kita memahami sebuah konsep agama, ilmu pengetahuan, dan apapun dengan sebuah pengetahuan sempit sehingga kita tidak akan mendapatkan the way of thinking dari objek yang kita pelajari. Hindarilah kita berperilaku seperti tikus yang saya gambarkan. Sebagai bahan renungan, disini saya cuplikan tulisan dari Bapak Renald Khasali tentang makna BERGERAK yang dijabarkan dengan baik oleh beliau.



BERGERAK

Oleh: Renald Khasali

"Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan)."


Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru saya, "CHANGE".

Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat, iseng-iseng saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Di tengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, saya tawarkan uang itu. "Silahkan, siapa yang mau boleh ambil," ujar saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.

Seperti yang saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya ulangi kalimat saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius. Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan, dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk.

Orang yang maju dari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya.

Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengan keragu-raguan.
Semua audiens tertegun.

Saya ulangi pesan Saya, "Silahkan ambil, silahkan ambil." Ia menatap wajah saya, dan saya pun menatapnya dengan wajah lucu.
Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat saya,dan Ia pun merampas uang kertas itu dari tangan saya dan kembali ke kursinya. Semua audiens tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak,"Kembalikan,kembalikan!"
Saya mengatakan, "Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya."

Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya Rp.100.000.
Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak bergerak. Bukankah uang yang saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan?

Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:
"Saya pikir Bapak cuma main-main ............"
"Nanti uangnya toh diambil lagi."
"Malu-maluin aja."
"Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!"
"Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu ....."
"Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya...."
"Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas....."
"Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang........."
"Saya, kan duduk jauh di belakang..." dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity (kesempatan), tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Yang gila itu adalah yang selalu mengharapkan perubahan, sementara itu tetap melakukan hal yang sama dari hari ke hari.....,"

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya, saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke hari, jadi omong kosong perubahan akan datang. Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.

Seperti kata Jack Canfield,yang menulis buku Chicken Soup for the Soul,yang membedakan antara winners dengan losers adalah "Winners take action. They simply get up and do what has to be done.".

Selamat bergerak

Rabu, 16 Januari 2008

Pemimpinkah diri kita?.....semoga

Dalam hidup saya berprinsip selalu belajar mengambil sebuah nilai dari orang lain, pengalaman, lingkungan, dan alam semesta. Hal ini saya olah dengan kemampuan pancaindera, budaya, pengetahuan, dan bekal pendidikan yang saya miliki. Berlandaskan pada hal itu, saya selalu berusaha mengimprove diri saya yang oleh Allah ditakdirkan lahir sebagai kalifah. Kalifah adalah pemimpin, dari sinilah saya mencuplik sebuah pemikiran yang baik menurutt pandangan saya tentang pemimpin yang disadur dari :http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0904/20/0804.htm


selamat menikmati.


Mari Kita ”Mengawal” Pemimpin
Oleh AGUS ISHAQ ABDURRAHMAN

HANYA dalam hitungan jam kita akan segera memiliki presiden baru, hasil dari sebuah sistem pemilihan yang baru, yakni dipilih langsung oleh rakyat yang dilaksanakan Senin (20/9) ini. Setelah tahap pertama usai, kita memasuki pemilihan tahap kedua. Siapa pun yang terpilih itulah pemimpin kita. Suka atau tidak suka. Karena itulah realita yang menjadi pilihan sebagian besar rakyat.

Setelah terpilih pemimpin baru, kita berharap besar bangkitnya negeri ini dari segala keterpurukannya. Untuk itu kita semua sebagai rakyat yang dipimpinnya harus terus menerus memberi "pengawalan ketat" kepada pemimpin kita. Paling tidak, ada dua hal yang bisa dilakukan oleh kita untuk mengawal pemimpin, yaitu terus-menerus mengingatkan dan terus-menerus mendoakan. Mengingatkan dan mendoakan seorang pemimpin merupakan sesuatu yang bisa dilakukan oleh sebagian besar rakyat.

Mengingatkan seorang pemimpin itu sangat penting. Malah menurut ajaran Islam hukumnya wajib. Dengan mengingatkan seorang pemimpin, berarti ada dua pihak yang diselamatkan, yakni keselamatan pemimpin itu sendiri dan keselamatan untuk rakyat yang dipimpinnya. Hal-hal yang harus diingatkan kepada pemimpin adalah bahwa dia tidak boleh hanya berorientasi kepada hak-haknya saja sebagai pemimpin, tapi juga harus menjunjung tinggi tanggung jawabnya.

Sangat mungkin bahwa kebanyakan orang saling berebut untuk menjadi pemimpin, karena hanya melihat hak-haknya saja. Hak seorang pemimpin, terlebih sebagai pemimpin negara, adalah mendapat berbagai keistimewaan yang tentu saja tidak didapat oleh orang kebanyakan. Karena hanya melihat hak-hak seperti inilah orang menggebu-gebu untuk menjadi pemimpin. Semestinya, selain melihat akan hak-haknya, seorang pemimpin itu juga memperhatikan sungguh-sungguh akan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin yang beragama, harus punya keyakinan bahwa pertanggungjawaban tesebut tidak hanya terhadap manusia saja, melainkan juga terhadap Tuhan-nya.

Suatu saat Abu Dzar bertanya kepada Rasul saw. berkenaan dengan sebuah jabatan yang diberikan Rasul kepada seorang sahabat. "Ya Rasul, kenapa jabatan itu tidak diberikan kepadaku," kata Abu Dzar. "Wahai Abu Dzar, kamu itu lemah. Sesungguhnya kekuasaan (jabatan) itu amanah. Dan sesungguhnya pada hari kiamat jabatan itu akan membuat kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang diangkat secara benar dan menunaikan kekuasaannya dengan benar pula," kata Rasul sambil menepuk pundak Abu Dzar. Kisah ini terdapat dalam hadis riwayat Imam Muslim.

Bagi orang yang menjadi pemimpin melalui proses yang tidak benar ditambah lagi dengan tidak bertanggung jawab dalam kepemimpinannya, akan celakalah hidupnya. Celaka dalam hidupnya kini, terlebih di masa yang abadi kelak. Inilah salah satu yang mesti diingatkan kepada seorang pemimpin. Mengingatkannya pun harus terus menerus dan oleh semua pihak. Cara mengingatkannya bisa dengan dialog saat berhadapan langsung atau jika sulit bisa kita gunakan media yang kini tersedia banyak, baik cetak atau elektronik. Bisa dengan alat komuniaksi atau surat terbuka.

Tetapi satu hal yang harus diperhatikan, bahwa peringatan, koreksi atau kritik yang kita sampaikan harus berangkat dari ketulusan. Ikhlas dalam bahasa agama. Janganlah kritikan kita kepada seorang pemimpin atas dasar kebencian. Biasanya, karena berangkatnya dari kebencian, akhirnya apa yang dilakukannya bukan mengingatkan pemimpin, akan tetapi sekadar mencaci maki. Membuka aib di depan publik.

Kata Rasul saw., hati itu tidak boleh kosong dari tiga hal; yaitu ikhlas dalam beramal, ikhlas dalam hidup bermasyarakat serta ikhlas dalam mengingatkan atau mengkritik pemimpin. Jika kritikan kita kepada si pemimpin berangkat dari keikhlasan, maka kritikan tersebut akan menjadi sesuatu yang sehat dan bernilai. Sebab, kritikannya benar-benar ditujukan untuk keselamatan bangsa, termasuk keselamatan si pemimpin tersebut. Lain halnya jika kritikan itu berangkat dari sebuah kebencian atau karena adanya sebuah kepentingan pribadi, maka tentu saja bukan memperbaiki keadaan, malah hanya akan memperkeruh keadaan.

Berbahagialah seorang pemimpin yang hidup di tengah-tengah rakyatnya yang senantiasa memberi peringatan dengan ikhlas. Karena dengan demikian ia akan terus-menerus memelihara amanah kekuasaannya dengan benar. Derajat seorang pemimpin yang benar dan bertanggung jawab akan kepemimpinannya berada di posisi yang tinggi melebihi derajat orang-orang baik yang lainnya.

Gambaran ini bisa kita lihat sebagaimana yang dinyatakan Rasul saw., "Kelak (pada hari kiamat) akan ada tujuh kelompok umatku yang akan mendapat perlindungan pada saat yang lain mendapat kesulitan yang berat. Ketujuh kelompok itu adalah, (1) Pemimpin yang adil; (2) Orang yang hatinya senantiasa terkait ke masjid; (3) Pemuda yang yang giat beribadah kepada Allah; (4) Dua orang yang saling mencintai karena Allah dan berpisah karena Allah; (5) Orang yang menangis di malam hari dalam keadaan menyendiri karena takut kepada Allah; (6) Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh perempuan cantik, tetapi dia menolak dan mengatakan "saya takut kepada Allah; (7) Orang yang bersedekah dengan tangan kanannya dengan tidak diketahui oleh tangan kirinya". (H.R. Bukhari)

Pemimpin yang adil dalam hadis di atas, disimpan pada urutan pertama dan utama. Tentunya apa yang dinyatakan Rasul saw. tadi bukan tanpa makna. Sebagaimana disebutkan, bahwa seorang pemimpin itu punya tanggung jawab menyangkut orang banyak. Jika ia berbuat adil, maka keadilannya itu akan dirasakan orang banyak. Lain halnya jika keadilan itu dilakukan oleh orang biasa-biasa, maka pengaruh keadilannya itu tidak berdampak luas. Tidak seperti keadilan yang lahir dari seorang pemimpin.

Demikian pula halnya jika seorang pemimpin melakukan tindakan yang zalim, maka dampaknya akan menyengsarakan orang banyak. Lain kalau kezaliman itu dilakukan oleh orang biasa-biasa, maka dampak kesengsaraan yang ditimbulkannya tidak berpengaruh begitu luas.

Bentuk kezaliman seorang pemimpin itu biasanya menyangkut sebuah kebijakan yang hanya menguntungkan diri dan kelompoknya. Berbagai fasilitas yang semestinya untuk kepentingan orang banyak, dibelokan kepada kepentingan kekuasaannya. Pemimpin seperti ini akan memberi posisi kepada orang-orang yang membiarkan kesewenangannya. Mereka yang berani mengkritiknya, disingkirkan dengan cara yang menyakitkan. Orang yang membiarkan kezaliman si pemimpin dan malah cenderung suka memberi pujian, hakikatnya dialah yang mencelakakan si pemimpin tersebut. Sebaliknya, mereka yang sering memberi kritikan dengan ikhlas, itulah yang membuat si pemimpin tersebut selamat.

"Celakanya, seorang pemimpin itu oleh karena banyaknya pujian, bukan karena banyaknya nasihat (kritikan)," demikian sebuah pepatah.

Agar pemimpin kita menjalankan kepemimpinannya dengan benar, maka selain harus terus menerus kita ingatkan juga harus terus menerus kita doakan. Untuk sekadar mendoakan rasa-rasanya seluruh rakyat di negeri ini akan mampu. Jadi, lebih banyak yang mendoakan akan lebih mudah terkabul doanya. Doa ikhlas yang diucapkan seluruh rakyat untuk pemimpinnya memiliki kekuatan yang luar biasa. Baik dan buruknya perilaku seorang pemimpin, hakikatnya akan kembali kepada dirinya.

Tercermin dari satu doa yang diucapkan Rasul, "Ya Allah, orang yang diberi amanat (jabatan) untuk mengurus umatku, kemudian orang tersebut mengurusnya dengan benar, maka mudahkanlah segala urusannya. Tetapi, jika mereka membuat tindakan yang sengaja menyusahkan umatku, maka beratkanlah urusannya."

Doa Rasul tadi akan menjadi doa kita semua. Pemimpin yang baik adalah yang selalu didoakan rakyatnya dan mendoakan rakyatnya.***

Penulis, staf Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jabar.

Sebuah kisah Rifka dan Eyang

oleh Iwan (diilhami dari liburan di Lembang dengan Rifka sang penulis pahlawan wanita sakit encok)

Di pagi hari sekitar jam 10, Rifka yang masih duduk dibangku SD kelas 2 sudah pulang dari sekolah. Dengan wajah yang masih cemberut dia masuk ke rumah, ternyata dirumahnya ada Eyang putri yang sedang menonton TV. Eyang kaget, " Lho Ika, kok jam sepuluh udah pulang?" Rifka menjawab, "Ika mbolos Yang, abis tadi pagi dipaksa Bapak sekolahnya." Eyang geleng2 kepala," lho dipaksa sekolah kok marah?" Rifka menjawab,"soalnya masih pengen tidur Yang".

Dengan bijaksana, Eyang berbicara lagi ke Rifka,"Ika, sekarang ganti baju dulu, nanti kalo sudah ganti baju duduk sama Eyang". Dengan sikap yang masih cemberut Rifka menjawab,"iya Yang."

Sepuluh menit kemudian :

Rifka :"ada apa Yang?"
Eyang:"Rifka sekarang coba cerita ke Eyang, kenapa Rifka ngambek?"
Rifka :"Sebel sama Bapak, abis orang mau sekolah kok dipaksa, yang sekolah kan Rifka."
Eyang:"Nduk, itu tandanya Bapak sayang sama kamu. Tahu nggak kenapa Rifka harus sekolah?"
Rifka:"biar baca dan bisa nulis, terus biar bisa punya uang banyak kaya Bapak."
Eyang:"Kamu bener nduk, tapi coba kamu lihat tukang ojek yang biasa njemput kamu. Dia bisa baca dan nulis kan?
Rifka:"Iyaya....terus kok dia uangnya cuma dari ngojek?"
Eyang:"Nah itu bedanya dengan Bapakmu, dulu waktu masih muda tukang ojek itu males pergi sekolah, kerjaan dia cuma nongkrong sambil main sama temen2nya.Kalo Bapak, dulu rajin belajar dan senang baca."
Rifka:"aku juga senang baca Yang, aku senang baca komik Doraemon".
Eyang:"Itu bagus nduk, tapi yang lebih penting lagi kamu harus banyak baca buku pelajaran dan baca berita dikoran. Ika harus buat jadwal, kapan waktu baca komik dan kapan waktu harus belajar. Terus kalau Bapak bicara atau bertindak sesuatu Rifka ga boleh langsung marah."
Rifka:"Terus aku harus bagaimana Yang?"
Eyang:"Kalo Bapak atau orang lain bicara/bertindak sesuatu pertama yang harus Ika lakukan adalah diam. Maksudnya diam, Ika harus berpikir dengan jernih dan berpikir terbuka. Otak Ika harus bisa seperti lampu yang memancarkan cahaya kesegala arah. Nah, sewaktu Bapak bicara disini tentunya Eyang juga berasumsi Bapak berpikir dengan kemampuan seperti lampu itu. Nah karena kedua lampu berpijar ke segala arah, ada beberapa titik tempat terjadinya interferensi. Bisa berintreferensi konstruktif yang artinya Ika akan setuju dengan pendapat Bapak, dan interferensi destruktif yang artinya Ika berbeda dengan pendapat Bapak. Lalu, Ika harus bisa menilai esensi mana yang lebih bernilai positif dari pendapat Bapak, sepanjang tujuannya itu baik, Ika dan Bapak harus bisa berinterferensi positif. Kemampuan memahami itu ditunjang oleh seberapa luas pengetahuan orang tersebut dan berkorelasi positif dengan pendidikan yang diperoleh. Nah maka itu, Ika juga harus semangat kalo dibangunkan untuk sekolah. Sekolah adalah sarana untuk mengasah otak kita dalam meningkatkan kemampuan menerima dan mengkritisi secara bijaksana pengetahuan yang terekam oleh pancaindera kita.Kalo kita berpengetahuan dan ditunjang pendidikan tinggi maka sikap dan tanduk kita akan dewasa dan mudah dalam menyiasati kerasnya hidup.
Rifka:"Wah bener juga ya Yang, iya deh mulai besok Ika mau buat jadwal dan semangat bangun pagi untuk sekolah biar bisa mewujudkan apa yang Eyang nasihatkan tadi, ini tandanya kita saling berinterferensi positif ya Yang?
Eyang:"Iya cucuku yang manis, tapi awas ya kalo dibangunin jangan nakutin orang tua lagi, hehehehhe"
Rifka:"So pasti Yang.....Ika mau main ayunan dulu ya Yang".

Eyang menggeleng2kan kepala lagi dan mbatin," hhhmmmm anak yang jenius, kelas 2 SD sudah bisa mencerna nasihat yang seyogyanya buat anak dewasa, mudah2an kelak dia bisa jadi orang yang bijak, berpengetahuan dan rendah hati".

Senin, 14 Januari 2008

ZnO Heterostructured Light-emitting Diodes by Metal-organic Chemical-vapor Deposition

to be published on :

3rd MRS-S Conference on Advanced Materials

(Incorporating MRS-S and MRS-I Mumbai-Chapter Joint Indo-Singapore Meeting)

Jointly Organized by

The Materials Research Society of Singapore (MRS-S)

and

The Institute of Materials Research and Engineering (IMRE)

25 – 27 February 2008

IMRE Auditorium, SINGAPORE



S. Iwan,1 S.T. Tan,2 J.L. Zhao,1and X.W. Sun2

1 Nanyang Technological University

2 Institute of Microelectronics & Nanyang Technological University

This paper reports the ZnO heterostructure light-emitting diodes based on n-ZnO/SiOx/n-Si and n-ZnO/SiOx/p-Si. The devices were fabricated by a home-made shower-head injector metal-organic chemical-vapor deposition. From the I-V characteristic, n-ZnO/SiOx/n-Si shows diodes like rectifying, while ZnO/SiOx/p-Si shows symmetric nonlinear behavior due to the double Schottky barriers at the interface. n-ZnO/SiOx/n-Si and n-ZnO/SiOx/p-Si diodes emit light when a positive bias applied at Si side. Ultraviolet emission at ~390nm with an orange-emission centered at ~600nm were observed in electroluminescence spectra of n-ZnO/SiOx/n-Si diodes, while whitish emission centered at ~520 nm was observed for n-ZnO/SiOx/p-Si diodes. Besides, we have realized the epitaxial growth of ZnO (0002) on Si (111) substrate via using the MgO/TiN buffer layers. The obtained n-ZnO/MgO/TiN/n-Si heterostructure was further employed to fabricate LED and strong electroluminescence ranging from 350 to 850nm and centered at ~530nm, was achieved in the device when a positive voltage is applied at Si substrate.