Kamis, 04 Oktober 2007

Hanya sebuah renungan

Oleh : Iwan Sugihartono

Pendidikan? kadang saya merenung tuk memikirkan hubungan pendidikan dengan tingkat mentalitas manusia yang terdidik itu di tengah lingkungan masyarakat. Kalau kita melihat negara maju, menurut saya mereka sudah terdidik secara utuh. Alasan saya menyebut secara utuh karena baik orang tua, anak (asumsikan sebagai objek), dan lingkungan memang sudah kondusif untuk menjaga si anak untuk tetap mempertahankan budaya keterdidikannya itu. Dua minggu yang lalu saya menjumpai keluarga dari negara yang punya mother tounge English, mungkin dari UK atau USA di MRT (kereta listrik di Singapur). Keluarga tersebut terdiri dari Ayah, Ibu, dan 2 orang anak yang masih berumur kira-kira 7 dan 5 tahun. Sewaktu di MRT saat itu, saya jadi ingat ketika saya pergi kuliah pagi naik bis (sewaktu menempuh pendidikan di kota Trieste, Itali). Biasanya setiap pagi saya satu bis dengan anak-anak first secondary school. Betapa lucu dan cakep mereka, terlebih saya kagum dengan sifat curiosity mereka yang secara umum di atas anak-anak Indonesia (Mengapa demikian?), kita akan telaah ini. Nah, kebetulan di MRT kala itu saya memperhatikan mereka, si adik dan kakak tersebut sedang ngobrol dan mengeluh karena mereka tidak dapat tempat duduk. Setelah MRT sampai di Clementi station, akhirnya ada tempat duduk yang kosong. Mereka akhirnya tanpa dikomando oleh orang tuanya duduk. Namun, baru beberapa saat duduk orang tua mereka melihat ada beberapa orang yang sudah nenek nenek. Nah ketika itu orang tua mereka mengingatkan mereka untuk melihat apakah di sekeliling mereka ada yang lebih membutuhkan untuk duduk atau tidak. Mereka dengan serta merta melihat sekeliling, dan akhirnya mereka kembali berdiri di dalam MRT dengan mempersilahkan dua orang nenek itu untuk duduk. Sebuah pemandangan yang menurut saya mengagumkan dan penuh arti bila kita mau menyikapinya secara positif. Itulah yang saya maksudkan bahwa mentalitas masyarakat negara maju selalu terjaga karena pendidikan yang mereka dapatkan dapat menjaga budaya keterdidikannya.

Dari kaca mata saya, pendidikan merupakan dasar bagaimana orang mampu mengimprove atau meningkatkan rasa ke-mengertian terhadap sesuatu secara komprehensif. Sesuatu yang saya maksudkan berupa apapun yang terlihat dan dirasakan oleh panca indera kita. Pendidikan tidak seratus persen berkorelasi dengan seberapa tinggi jenjang pendidikan orang, namun lebih kepada kemampuan dalam mengkritisi dan mengimprove untuk menuju yang lebih baik. Untuk mendapatkan kemampuan tersebut cara yang paling ampuh dan sesuai dengan ajaran umat Islam adalah membaca. Dimata saya, membaca juga tidak harus selalu terkait dengan membaca buku saja, namun membaca semesta yang ada di lingkungan kita. Untuk mendapatkan komprehensifitas dalam membaca tentunya otak kita perlu dilatih secara baik. Disinilah peran membaca buku menjadi hal yang sangat penting. Menurut saya, ada 2 parameter yang perlu dilatih dalam budaya pendidikan, yaitu membaca buku dan membaca lingkungan sekitar. Sikap itu dapat muncul tergantung didikan yang diperoleh si anak di lingkungan keluarga dan lingkungan mainnya. Kedua parameter tersebut tidak akan berjalan baik apabila sikap curiosity (ingin tahu) tidak terlatih dengan baik. Sikap curiosity tentunya juga tergantung didikan orang tua dan lingkungan si anak. Ketika si anak beranjak dewasa, katakanlah diatas umur 12 tahun mereka harus sudah memiliki bayangan arah dalam hidupnya dan memiliki budaya keterdidikan secara baik. Seiring dengan tingkat pendidikan yang dimiliki, tentu dalam hal membaca baik baca buku maupun lingkungan harus memiliki 3 komponen yang dipahami. Ketiga komponen tersebut adalah 1) harus paham dasarnya, 2) paham akibatnya, 3) dan paham bagaimana melakukannya.

Menyikapi sikap dan karakter pendidikan di Indonesia, saya menilai pendidikan yang ada masih belum secara utuh dipahami oleh masyarakat. Masyarakat masih memandang bahwa pendidikan selalu identik dengan pendidikan formal saja. Pendidikan formal tidaklah mampu mencetak seratus persen manusia dengan budaya keterdidikan secara kuat. Hal ini karena sikap dan sifat si anak sudah tercekoki oleh budaya yang menekan rasa curiosity mereka. Akhirnya, sering dijumpai di lingkungan sekolah bahwa hasil lebih penting daripada proses. Tidak dipungkiri pula bahwa pada umumnya orang tua sudah cukup senang melihat anaknya memiliki rangking baik di sekolahnya tanpa menyadari apakah proses si anak dalam mendapatkannya baik atau tidak. Sungguh hal yang dilematis di dunia pendidikan kita. Menurut pandangan saya dasar yang paling utama adalah proses. Apabila proses pendidikan si anak sejak dini sudah baik maka akan berimbas kepada budaya kerja/belajar sebagai proses pendidikan menjadi lebih terarah, akibatnya hasil pun akan lebih baik. Manusia yang memiliki budaya keterdidikan yang kuat akan memiliki arah hidup yang lebih baik dan akan memiliki jiwa dan budi pekerti yang baik pula.

Bila kita melihat budaya keterdidikan manusia dilihat dari jenjang pendidikan formalnya, semakin tinggi tingkat pendidikan manusia tersebut seharusnya memiliki karakter dan sikap yang bijak. Di mata saya, semakin tinggi pendidikan kemampuan memahami yang terdiri dari tiga komponen yang disebutkan di paragraf sebelumnya sudah terasah dengan baik. Mengapa? Di lingkungan pendidikan formal yang baik, kita akan terlatih melihat suatu masalah didasarkan pada pemahaman dasar yang berbasiskan konsep, memahami aplikasinya secara aktual, dan memahami kombinasi diantara hal tersebut dengan mengaktualisasikan secara langsung.

Di akhir tulisan ini, saya menyimpulkan bahwa budaya keterdidikan harus di masyarakatkan dengan baik. Dengan demikian mata masyarakat akan tercelik yang berimbas terhadap pola pikir yang lebih divergen/luas. Hal tersebut dapat dimulai dengan membangun budaya keterdidikan dari lingkungan masyarakat yang paling kecil yaitu keluarga. Apabila budaya pendidikan di lingkungan keluarga baik maka kita akan menjumpai masyarakat yang memiliki budaya keterdidikan baik pula. Tentunya budaya tersebut, akan menigkatkan pula mentalitas masyarakat sebagai elemen utama integritas bangsa. Akhirnya akan terwujudlah bangsa Indonesia sebagai bangsa maju yang siap dengan kemajuan teknologi yang sudah sangat pesat ini.

Tidak ada komentar: