Sabtu, 19 Januari 2008

Bagaimana kita harus BERGERAK?

Pendahuluan (oleh Iwan)

Membaca tentang konsep bergerak yang dijelaskan oleh Bapak Renald Khasali, saya menghayati dan memahami bahwa konsep yang beliau jabarkan adalah hal realistis yang harus dilakukan segera dengan pertimbangan, analisis, perhitungan dan dengan penuh rasa percaya diri dilandasi oleh pikiran positif jauh ke depan. Ingat constraint gerak adalah jarak dan waktu, jika kita melihat dari kasus sempit saja maka kita akan terperosok ke dalam keadaan gerak semu. Gerak semu disini saya gambarkan sebagai gerakan tikus yang berlari kencang didalam roda berputar ditempat. Terlihat dia berlari kencang dan bergerak tapi hakikatnya tidak kemana-mana hanya berada disatu tempat. Hal itu disebabkan si tikus tidak berpikir bagaimana caranya membuat roda tidak hanya bergerak rotasi di tempat. Tapi harus pula dipikirkan bagaimana caranya membuat si roda bergerak baik rotasi dan translasi. Jika kita tersesat pada pemahaman gerak seperti halnya tikus di dalam roda tadi maka kita secara tidak langsung belum memaknai definisi gerak yang esensi. Saya memandang bahwa gerak harus dimaknai terjadinya perubahan posisi dan waktu, maka untuk memulainya diperlukan sebuah gaya. Nah dalam kehidupan, gaya diinterpretasikan akan muncul dari pemahaman diri dan kemauan keras dari diri sendiri atau komunitas, sehingga terekspresi menjadi sebuah kekuatan (dilandasi rasa percaya diri dan optimisme) yang mampu untuk memulai gerakan. Dalam konsep agama secara jelas kita kenal Hijrah, itulah seyogyanya yang perlu dipahami lebih dalam oleh kita. Hijrah disini dari sudut pandang saya berkorelasi luas tidak hanya merujuk pada konsep perubahan secara sempit tapi sangat luas. Maksudnya bukan dimaknai sebagai perubahan tempat saja, namun perubahan cara berpikir, bersikap, dan lain2 yang bermanfaat untuk meningkatkan attitude dan behavior diri dan lingkungan kita. Janganlah kita memahami sebuah konsep agama, ilmu pengetahuan, dan apapun dengan sebuah pengetahuan sempit sehingga kita tidak akan mendapatkan the way of thinking dari objek yang kita pelajari. Hindarilah kita berperilaku seperti tikus yang saya gambarkan. Sebagai bahan renungan, disini saya cuplikan tulisan dari Bapak Renald Khasali tentang makna BERGERAK yang dijabarkan dengan baik oleh beliau.



BERGERAK

Oleh: Renald Khasali

"Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan)."


Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru saya, "CHANGE".

Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat, iseng-iseng saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Di tengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, saya tawarkan uang itu. "Silahkan, siapa yang mau boleh ambil," ujar saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.

Seperti yang saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya ulangi kalimat saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius. Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan, dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk.

Orang yang maju dari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya.

Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengan keragu-raguan.
Semua audiens tertegun.

Saya ulangi pesan Saya, "Silahkan ambil, silahkan ambil." Ia menatap wajah saya, dan saya pun menatapnya dengan wajah lucu.
Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat saya,dan Ia pun merampas uang kertas itu dari tangan saya dan kembali ke kursinya. Semua audiens tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak,"Kembalikan,kembalikan!"
Saya mengatakan, "Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya."

Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya Rp.100.000.
Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak bergerak. Bukankah uang yang saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan?

Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:
"Saya pikir Bapak cuma main-main ............"
"Nanti uangnya toh diambil lagi."
"Malu-maluin aja."
"Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!"
"Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu ....."
"Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya...."
"Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas....."
"Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang........."
"Saya, kan duduk jauh di belakang..." dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity (kesempatan), tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Yang gila itu adalah yang selalu mengharapkan perubahan, sementara itu tetap melakukan hal yang sama dari hari ke hari.....,"

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya, saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke hari, jadi omong kosong perubahan akan datang. Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.

Seperti kata Jack Canfield,yang menulis buku Chicken Soup for the Soul,yang membedakan antara winners dengan losers adalah "Winners take action. They simply get up and do what has to be done.".

Selamat bergerak

1 komentar:

yudhiakto_pramudya mengatakan...

kalau mengungat kata2 CHANGE, Clinton dan Obama pun berlomba lomba menjadi calon presiden dari partai demokrat dengan menonjolkan kata2 ini.